Thursday, July 30, 2009

PASTI HADIR DAN BERGILIR

Dinas malam datang disambut dengan pasien dalam kondisi sangat kritis, bradikardia , saturasi rendah, hampir tidak terekam,tekanan darah juga nyaris tidak dapat direkam, hanya bertahan dengan obat-obat pemacu jantung sehingga cardiac monitor masih tampak jika masih ada tanda-tanda kehidupan. Resusitasi jantung-paru telah dilakukan, dua siklus emergency drug telah disuntikkan. Waktunya operan antar sesama dokter. feeling kami pasien ini tidak akan lama lagi dapat bertahan. Sekujur tubuhnya pucat, bibirnya tampak biru tanda sianosis , data penunjang dari laboratorium pun tidak menunjukan hasil yang bagus, hemoglobinnya rendah, dokter memberi order untuk tranfusi darah. Adrenalin sebagai obat pemacu jantung sedang diberikan, dopamine dan dobutamine sebagai obat pemacu tekanan darah pun juga diberikan.


Dokter yang berjenggot itu terus saja memberikan treatment-treatment untuk mempertahankan kondisi pasien yang sudah kritis itu. Wajahnya tampak panik, berbagai advice telah dicoba, perawat pun memberikan treatment-treatment yang diorderkan oleh dokter itu. Sejak pukul 23.00 tadi tim malam disibukkan dengan satu pasien yang sangat kritis, belum lagi kita harus mengobservasi pasien-pasien yang lain.


Waw...detak jatungnya menurun, terlihat dari layar monitor, resusitasi jantung-paru terus dilakukan, lagi-lagi emergency drug pun disuntikan, sepertinya sudah empat siklus dari emergency drug yang telah disuntikan. Namun dokter itu tetap saja berusaha agar pasiennya tetap bertahan. Aku tak tega melihatnya, aku tak tega melihat bayi mungil berusia 41 hari dengan resusitasi yang dilakukan oleh tangan-tangan orang dewasa, walaupun hanya dengan dua jari namun itu anak kecil, sakit aku melihatnya.


Tiga jam sudah kita berusaha mempertahankan nyawa sikecil yang tak berdosa. Kali ini salah satu dari perawat mencoba berkata kepada dokter.

"Dokter, pasien ini sudah tidak ada, apa lagi yang kau pertahankan? cardiac monitor itu muncul karena pengaruh dari obat-obatan itu, jika tidak, mungkin sudah tidak nampak lagi di monitor." Dokter yang berjenggot itu masih saja berusaha melakukan resusitasi.


Pukul 03.00, zero, ya tampak zero di layar monitor, ritme detak jantungnya tampak garis lurus (flat), kali ini dokter itu mungkin sudah tidak denial lagi, ia sudah menerima jika pasiennya tidak dapat dipertahankan lagi. Akhirnya segala kegiatan dihentikan, sudah tidak ada lagi respon dari pasien, pupilnya tampak dilatasi , sekujur tubuhnya hipotermia , tampak biru saturasi tidak muncul lagi. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun...dilepasnya segala obat-obatan infus pemacu jantung dan pemacu tekanan darah, dilepasnya pula bayi mungil itu dari ventilator, sebagai mesin pensuport pernafasanya. Ditutupnya tubuh bayi mungil itu dengan kain penutup. Kini ruh telah terpisah dari jasad si bayi tanpa dosa itu. Surga menantimu, nak.


*****

Selesai sudah kita mencoba menolong nyawa sibayi mungil itu, namun Allah berkehendak lain. Kegiatan selanjutnya mengurus jasad sibayi, kubuka penutup wajahnya, kubacakan do'a untuknya, "Ya Allah berikanlah ampunan, rahmat, keselamatan lagi maafkanlah dia, semoga engkau memuliakan tempatnya di surga. Ya Allah semoga engkau tidak sampai menghalang-halangi kepada kami dalam pahalanya, dan jangan sampai ada fitnah kepada kami sepeninggalannya. Semoga Allah memberikan ampunan kepada kami dan dia. Amiin ya Robb."


*****

Kegiatan berlanjut seperti biasa, melanjutkan tretment sesuai dengan order dokter kepada setiap pasien. Adzan subuh telah berkumandang, kulihat dokter yang sering disebut-sebut mutowe itu melepas sepatunya menuju toilet untuk berwudlu.


Sekitar pukul 04.40 terdengar dering telephone. Tilulit...tilulit...tilulit...dering telephone terdengar dari ruang dokter. Usai menjawab telephone dokter segera menginformasikan kepada perawat jika ada pasien baru yang akan datang. Ketika itu ada satu bed kosong telah siap jika ada pasien baru yang akan datang, dan satu bed lagi bekas pasien yang meninggal tadi namun belum sempat dibersihkan oleh cleaner karena jenazahnya baru akan dikirim dua jam setelah dinyatakan meninggal.


Kali ini pasiennya datang langsung dari emergency room , Pasien datang dengan dehidrasi berat, yups...tindak cepat sambil sedikit lari-lari mempersiapkan segala yang dibutuhkan pasien. Semua bersifat penting, IV fluid segera diberikan, blood sample segera dikirim ke laboratorium serta beberapa treatment yang lain pun segera diberikan.

Belum selesai dengan pasien yang tadi, tiba-tiba, tilulit...tilulit...tilulit...dering telephone terdengar lagi, agaknya ada pasien kritis di ruangan lain. Ya jika ada pasien yang kritis di ruangan lain segera dikirim ke ICU. Segera minta bantuan cleaner untuk membersihkan bed yang telah digunakan oleh pasien yang baru meninggal tadi. Beberapa perawat mempersiapkan peralatan, IV stand , infusion pump , cardiac monitor juga file dan lain-lain telah siap di sana. Tak lama kemudian sekitar pukul 05.45 "ting-tong" bunyi bel dari luar tanda pasien telah berada di luar minta dibukakan pintu. Jug...jug...jug...suara troly dengan pasien diatasnya bersama perawat serta dokter datang mneghantarkan pasien, Ibu sang pasien mengiringinya dari belakang dengan abaya hitam serta penutup wajah hanya tampak matanya saja.


Sekarang giliran aku yang menerima. Pasien usia sembilan bulan dengan kasus jantung, datang dalam keadaan sianosis berat, distress , saturasi tidak terekam karena ekstrimitas nya teraba dingin. Ketika itu pasien sangat menangis meronta. Beberapa order telah dilaksanakan ketika diruangan sebelum pasien ditransfer. Sampel darah telah dikirim ke laboratorium. Dari ICU hanya menindaklanjuti hasilnya saja. Hanya ada satu order untuk menghentikan antibiotik yang lalu diganti dengan antibiotik yang baru. Yups, observasi tanda-tanda vital, disambungkan ke cardiac monitor dan berusaha menjaga kehangatan tubuh pasien seperti menyelimutkan selimut yang sudah dihangatkan terlebih dahulu. Alhamdulillah kondisinya mulai stabil, pasien pun masih sempat bersuara, bergerak dan menangis. Respiratory distress nya telah terkurangi.


Tilulit...tilulit...tilulit...lagi-lagi dering telephone terdengar, apa lagi ini? salah satu dari kami mengangkat gagang telephone itu, kali ini datangnya dari laboratorium, pihak lab menginformasikan jika sampel darah yang telah dikirim rusak, tentu kita harus mengirim sampel yang baru. hemmm mau tidak mau kita harus ekstract darah lagi karena data penunjang dari lab harus segera diketahui.


Agaknya suasana mulai senggang, aku melanjutkan tulisanku melengkapi catatan keperawatan, temanku membantuku mengekstrak darah untuk dikirim ke laboratorium. belum selesai aku menutup catatanku sekitar pukul 06.55 tim pagi pun telah datang. tiba-tiba tampak di cardiac minitor detak jantung cuma 50 kemudian menurun, segera kami lakukan resusitasi lalu melaporkanya ke dokter. Intubasi pun dilakukan, pure adrenaline diberikan melalui endo tracheostomy tube (ETT), resusitasi jantung-paru (RJP) dilakukan, emergency drug diberikan. Kejar terus detak jantungnya dengan upaya semampu kita. Tiga puluh menit sudah RJP dilakukan serta empat siklus dari emergency drug pun telah diberikan. Dua dokter spesialis pun datang menyaksikan aksi itu, lagi-lagi dokter yang berjenggot itu berusaha mempertahankan pasien itu, agaknya ia denial jika terjadi yang kedua kalinya. lalu dokter sudani dengan celana ngatung itu berkata, "sudah, ini sudah tidak ada lagi, lihat saja wajahnya sudah hitam seperti charcoal (arang) karena sianosis berat." Ketika itu tampak pada cardiac monitor detak jantungnya tidak stabil, 22, 25 kemudian menurun.

"Tapi lihat detak jantungnya belum tampak flat", ucap dokter yang berjenggot itu.

"jangan hanya percaya pada monitor, itu karena pengaruh dari obat-obat yang telah diberikan tadi" lanjut dokter pakistani dengan wajah kalemnya berusaha meyakinkan dan menjelaskan. Akhirnya pasien dinyatakan ples pukul 07.30. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun, siapa yang tahu lima menit kedepan apa yang akan terjadi? sama sekali kita tidak menyangka jika pasien baru itu akan menyusul pasien yang lalu karena kejadianya begitu tiba-tiba. Entahlah bagaimana perasaan Ibunya karena ia masih sempat melihat anaknya menangis waktu mengantarkanya, lalu saat ini anaknya tidak dapat menangis lagi untuk selamanya. Ya Robb.


*****

# Thaif 8 Sa'ban 1430 H, Sepulang dinas malam ditemani nasyidnya Opick "Taqwa".

Wednesday, July 22, 2009

Jerih Keringat Ayah

Aku tak tega ketika ku pandangi wajah ayah lekat-lekat, keriput wajahnya menunjukan bahwa ayahku sudah sepuh saat ini. Kulihat guratan-guratan lelah diwajahnya, betapa ayahku amat sangat berat memikul beban demi menghidupi anak-istrinya. Namun ayahku selalu mencoba tersenyum didepan kami, tak pernah beliau tunjukan keluh kesah kepada kami. Selalu mencoba menunjukan lengkung bibirnya yang manis, penuh harapan kepada kami. Walau ku tahu betapa amat lelah ayahku.

Semangatnya Subhanallah...pantang menyarah, demi anak-anaknya terdidik dengan baik walau pun harus mengupas kulitnya, akan beliau lakukan itu. Beliau tidak ingin jika putra-putrinya jadi yang terbelakang dalam pendidikan. Ibuku pernah mengatakan itu kepadaku.

Semangat ayahku terinspirasi dari kakekku almarhum (mbah Mustafa), kakekku berasal dari keluarga yang sederhana, namun keinginanya untuk belajar di pesantren sangat kuat, sering kali beliau kehabisan bekal di pesantren, sehingga harus ijin pulang untuk kuli guna mengumpulkan bekal. Setelah bekal terkumpul berangkatlah beliau untuk belajar di pesantren. Suatu hari beliau berangkat ke pesantren dengan menggunakan kereta api, dalam perjalanan itu beliau tidak sengaja menubruk lampu yang ada di kereta sehingga pecahlah lampu itu, alhasil kena marah sama petugasnya. Ketika itu dalam hatinya beliau berdo'a "ya Allah besok seandainya saya dikaruniai anak, akan saya titipkan anak-anak saya supaya bisa belajar di pondok. Semoga anak-anak saya tidak rekoso (menderita) seperti saya." Itulah sekelumit cerita dari ayah tentang kakek.

Ibuku seorang yang sangat khidmat terhadap suami, patuh, manut. Ketika ayah sedang tidak berana di rumah beliau sangat menjaga amanat ayah. Beliau menjaga nenek (ibu dari ayahku) dengan penuh ketulusan melebihi ibunya sendiri. Sampai-samapi jika hari lebaran tiba ibuku tidak sempat menengok ibunya sendiri, karena ketika itu mbah Muhayah (nenek dari ayahku) sedang sakit, juga tempat tinggal kami lumayan berjauhan. Namun mbah Maesaroh (nenek dari ibuku) ikhlas jika ibuku tidak menengok beliau. Ibuku merawat mbah Muhayah dari hidupnya, sakitnya hingga meninggalnya pun didepan ibuku. Setelah selesai ibuku membacakan surat Yasin sebanyak tiga kali menjelang detik-detik terakhirnya, ketika itu nenekku dipanggil oleh yang Maha kuasa. Sempurnalah pengabdianya kepada ibu mertua. Betapa ayah sangat berterima kasih kepada ibu atas pengabdianya itu. Semasa hidupnya mbah Muhayah pernah berucap kepada ibuku minta dimpura sakapuratine (minta dimaafkan seluruh kesalahanya) karene telah rela merawat dirinya.

Ayah pernah mengatakan kepadaku "seandainya nanti di akhirat ibumu tidak masuk surga, ayah berhak menuntut kepada Allah, ya Allah kenapa istriku tidak berada di surga, padahal baktinya, pengabdiannya telah ia curahkan sepenuhnya kepada suami." MasyaAllah merinding aku mendengarnya, betapa ayah sangat mencintai ibuku karena Allah. Beruntung ibuku telah mendapat ridlo dari sang suami. Ya ibuku seorang yang sangat halus perangainya, lembut tutur katanya.

Bagiku ayah adalah sosok yang tangguh, bisa tegas bisa juga lembut. Sosok pemimpin yang baik dalam keluarga. Tidak sekedar suami bagi ibuku saja, tetapi juga pendidik, guru, teladan bagi kami. Walau terkadang juga keras, pernah suatu hari aku dan adik-adiku belajar ngaji (baca alQur'an) sama ayah, ditengah-tengah kajian ibuku datang dari warung membawa jajanan, maksud ibuku nanti selesai ngaji baru jajananya dimakan rame-rame. eh...namanya anak-anak tak tahan melihat jajanan, malah kita pada ngambil jajanan itu, alhasil kena semprot lah kami oleh ayah. hehe kami cuma bisa menunduk ketika itu. lucu kalau inget itu.

Ayah...nasehatmu selalu terngiang dalam diriku, harapan-harapanmu selalu ku ingat, akan ku coba wujudkan harapan-harapanmu ayah. Walau ku tahu mungkin tidak sepenuhnya yang ayah harapkan dariku terwujud, namun akan tetap ku coba untuk mewujudkanya walau hanya beberapa.

Ibu, ayah, nanda sangat mencintai kalian. Nanda selalu mengharap do'a serta ridlomu. Ya Robbi...ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, peliharalah kedua orangtuaku sebagaimana mereka memeliharaku ketika aku masih kecil. Amiin ya Robbal alamiin.

*****

# Thaif 27 Rajab 1430 H
Tak kuasa airmataku meleleh ketika kutuliskan ini. sambil ditemani nasyidnya Dua azimat (album Al-intidzor).

Tuesday, July 21, 2009

Dua Azimat



Dua azimat mengalahkan yang lain
Ridlonya keselamatan bagiku
Do'anya harapanku
Dialah kedua orangtuaku yang mendidiku sehingga menjadi orang beradab
Alangkah mulia sosok ini
Berbakti padanya wajib bagi kami
Tuhan...berkat do'anya selamatkanlah agama, dunia dan akhirat kami
Dan perlakukanlah kedua orangtua kami dengan baik seperti mereka berbuat baik kepada kami
Berikanlah kami kesempatan untuk selalu berbakti kala mereka hidup atau pun mati
Dan berkahilah hidup kami
Curahkanlah sholawat dan salam atas rasul kami, keluarga dan sahabat penuntun kami

*****

# terjemahan nasyid 2 azimat (Album Al-Intidzor, Al-Aqsho group)