Wednesday, July 22, 2009

Jerih Keringat Ayah

Aku tak tega ketika ku pandangi wajah ayah lekat-lekat, keriput wajahnya menunjukan bahwa ayahku sudah sepuh saat ini. Kulihat guratan-guratan lelah diwajahnya, betapa ayahku amat sangat berat memikul beban demi menghidupi anak-istrinya. Namun ayahku selalu mencoba tersenyum didepan kami, tak pernah beliau tunjukan keluh kesah kepada kami. Selalu mencoba menunjukan lengkung bibirnya yang manis, penuh harapan kepada kami. Walau ku tahu betapa amat lelah ayahku.

Semangatnya Subhanallah...pantang menyarah, demi anak-anaknya terdidik dengan baik walau pun harus mengupas kulitnya, akan beliau lakukan itu. Beliau tidak ingin jika putra-putrinya jadi yang terbelakang dalam pendidikan. Ibuku pernah mengatakan itu kepadaku.

Semangat ayahku terinspirasi dari kakekku almarhum (mbah Mustafa), kakekku berasal dari keluarga yang sederhana, namun keinginanya untuk belajar di pesantren sangat kuat, sering kali beliau kehabisan bekal di pesantren, sehingga harus ijin pulang untuk kuli guna mengumpulkan bekal. Setelah bekal terkumpul berangkatlah beliau untuk belajar di pesantren. Suatu hari beliau berangkat ke pesantren dengan menggunakan kereta api, dalam perjalanan itu beliau tidak sengaja menubruk lampu yang ada di kereta sehingga pecahlah lampu itu, alhasil kena marah sama petugasnya. Ketika itu dalam hatinya beliau berdo'a "ya Allah besok seandainya saya dikaruniai anak, akan saya titipkan anak-anak saya supaya bisa belajar di pondok. Semoga anak-anak saya tidak rekoso (menderita) seperti saya." Itulah sekelumit cerita dari ayah tentang kakek.

Ibuku seorang yang sangat khidmat terhadap suami, patuh, manut. Ketika ayah sedang tidak berana di rumah beliau sangat menjaga amanat ayah. Beliau menjaga nenek (ibu dari ayahku) dengan penuh ketulusan melebihi ibunya sendiri. Sampai-samapi jika hari lebaran tiba ibuku tidak sempat menengok ibunya sendiri, karena ketika itu mbah Muhayah (nenek dari ayahku) sedang sakit, juga tempat tinggal kami lumayan berjauhan. Namun mbah Maesaroh (nenek dari ibuku) ikhlas jika ibuku tidak menengok beliau. Ibuku merawat mbah Muhayah dari hidupnya, sakitnya hingga meninggalnya pun didepan ibuku. Setelah selesai ibuku membacakan surat Yasin sebanyak tiga kali menjelang detik-detik terakhirnya, ketika itu nenekku dipanggil oleh yang Maha kuasa. Sempurnalah pengabdianya kepada ibu mertua. Betapa ayah sangat berterima kasih kepada ibu atas pengabdianya itu. Semasa hidupnya mbah Muhayah pernah berucap kepada ibuku minta dimpura sakapuratine (minta dimaafkan seluruh kesalahanya) karene telah rela merawat dirinya.

Ayah pernah mengatakan kepadaku "seandainya nanti di akhirat ibumu tidak masuk surga, ayah berhak menuntut kepada Allah, ya Allah kenapa istriku tidak berada di surga, padahal baktinya, pengabdiannya telah ia curahkan sepenuhnya kepada suami." MasyaAllah merinding aku mendengarnya, betapa ayah sangat mencintai ibuku karena Allah. Beruntung ibuku telah mendapat ridlo dari sang suami. Ya ibuku seorang yang sangat halus perangainya, lembut tutur katanya.

Bagiku ayah adalah sosok yang tangguh, bisa tegas bisa juga lembut. Sosok pemimpin yang baik dalam keluarga. Tidak sekedar suami bagi ibuku saja, tetapi juga pendidik, guru, teladan bagi kami. Walau terkadang juga keras, pernah suatu hari aku dan adik-adiku belajar ngaji (baca alQur'an) sama ayah, ditengah-tengah kajian ibuku datang dari warung membawa jajanan, maksud ibuku nanti selesai ngaji baru jajananya dimakan rame-rame. eh...namanya anak-anak tak tahan melihat jajanan, malah kita pada ngambil jajanan itu, alhasil kena semprot lah kami oleh ayah. hehe kami cuma bisa menunduk ketika itu. lucu kalau inget itu.

Ayah...nasehatmu selalu terngiang dalam diriku, harapan-harapanmu selalu ku ingat, akan ku coba wujudkan harapan-harapanmu ayah. Walau ku tahu mungkin tidak sepenuhnya yang ayah harapkan dariku terwujud, namun akan tetap ku coba untuk mewujudkanya walau hanya beberapa.

Ibu, ayah, nanda sangat mencintai kalian. Nanda selalu mengharap do'a serta ridlomu. Ya Robbi...ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, peliharalah kedua orangtuaku sebagaimana mereka memeliharaku ketika aku masih kecil. Amiin ya Robbal alamiin.

*****

# Thaif 27 Rajab 1430 H
Tak kuasa airmataku meleleh ketika kutuliskan ini. sambil ditemani nasyidnya Dua azimat (album Al-intidzor).

1 comment:

  1. aq pun tk kuasa mnbndung air mta q,ktika q ingat btapa sngt bsar jasa ke2 orng twa,kasih ibu sepanjang jaman,kasih anak sepanjang galah.......smoga galah itu bsa brguna bliau,wlo cma bsa d jdikn alat untk mnjmur baju2 bsah beliau,namun aq ikhlas se ikhlas ikhlasnya,q snang bsa brbakti kpda beliau.....trus nulis ya lu,q sneng msh da tulisan yg bgus sprti tulisan2mu,smga brguna bgi pmbacanya...amiiin ya robbal 'alamiiin....

    ReplyDelete