Wednesday, September 30, 2009

Mata Mata Itu


Mata mata itu memandang seakan tak berkedip
Aku bertanya pada diriku
Ada apa dengan diriku?
Adakah sesuatu yang aneh dalam diriku?
Apakah diri ini asing dalam pandangan mereka?
Ah aku tak peduli dengan mata mata itu


Aku terus berjalan dan berjalan
Berjalan di kerumunan mata mata
Sampai akhirnya kakiku terhenti di tempat sepi
Kulihat tak jauh dari pandanganku
Ada pantulan cahaya dari sebuah cermin
Kudekati cermin itu


Aha...kini kutahu kenapa mata mata itu memmandangku seakan tak berkedip
Kudapati wajahku penuh noda
Noda hitam kelam...
Hitam kelam menghiasi wajahku akibat goresan arang
Ya...arang hitam


Namun mata mata itu tidak bicara
Mereka hanya memandangku saja
Cermin...
Terima kasih cermin
Kau tunjukan padaku goresan goresan hitam di wajahku


Aku berjalan dan terus berjalan
Kubiarkan cermin mungil itu menemani langkahku
Suara suara itu...
Aku mendengarnya
Suara gemericik air tak jauh dari arahku
Kucoba dekati suara suara itu
Dekat dan semakin dekat


Kudapati telaga dengan gemericik air jernih disana
Aha...air...
Kusapu goresan goresan hitam di wajahku dengan air
Pyar...pyur...pyar...pyur...suegerrr


Teman mungilku...
Aku teringat akan teman mungilku
Cermin...
Wahai cermin...Masih adakan goresan goresan hitam di wajahku???
Cling...
Habis sudah goresan goresan hitam itu


Aku berjalan dan terus berjalan
Sampai pada kerumunan mata mata lagi
Namun mata mata itu tak lagi peduli padaku
Dalam kerumunan mata mata itu
Kudapati sepasang mata memandangku
Ia Tunjukan manisnya lengkung bibir padaku


*****


#Thaif 11 Syawal 1430 H

Wednesday, September 23, 2009

Senja Di Laut Merah



Seorang ayah bersama putrinya bercakap ria sambil menikmati hawa sore di bibir pantai Laut Merah sambil menyaksikan deburan ombak,ceria burung-burung mengepakkan sayapnya bersuka ria agungkan Dia. Hembusan angin kencang pun mengiringi suasana itu membuat jilbab Zainab berkibar-kibar. Sore yang indah, di bibir pantai itu terdapat masjid konon sebagian orang menyebutnya "masjid terapung" karena jika tampak dari jauh seperti terapung di atas air.

Ayah : Nak, tahukah kamu apa tugas orang tua terhadap anaknya?
Zainab : Apa ayah? (sambil menengok ke wajah ayahnya)
Ayah : Memberi nama yang baik, memberi pendidikan lalu menikannya.
Kira-kira tugas apa lagi yang belum ayah lakukan untukmu nak?
Zainab : (Zainab tersenyum, ia mengerti maksud pembicaraan ayahnya)
Ayah : Kenapa kau tersenyum nak...sudah berapakah usiamu sekarang?
Zainab : Dua puluh empat tahun ayah...
Ayah : Sudah siapkah kau menempuh hidup baru?
Zainab : (terdiam lalu ia tundukan pandangannya)
Ayah : Adakah kau temukan seorang ikhwan yang cocok dihatimu nak? bolehkah ayah
tahu siapa dia?
Zainab : Zainab belum berani mengungkap ayah...
Ayah : Kenapa nak? berterusteranglah pada ayahmu ini.
Hanya yang ayah pinta, ayah menginginkan seseorang yang berjiwa santri. itu
saja.
Zainab : Adakah Ayah punya pilihan untuk Zainab?
Ayah : Itu tergantung padamu nak...kalau pun ada seseorang yang cocok menurut ayah,
tapi apakah ia cocok menurutmu? ayah belum tahu...makanya ayah tanyakan
padamu.
pria seperti apakah dalam kriteriamu nak? berkedudukan tinggi kah, berharta melimpah kah?

Zainab : Kedudukan bisa diraih dengan prestasi ayah, harta bisa dicari. Namun apalah artinya kedudukan dan harta tanpa disetir dengan akhlaq yang baik dan hati yang lembut. Seseorang tidak akan dihormati karena kedudukan serta hartanya jika akhlaqnya buruk dan berhati keras, ia tidak akan bisa memenej kedudukan dan hartanya itu. bahkan ia memanfaatkan kedudukanya untuk berbuat sewenang-wenag. Lain halnya jika ia memiliki akhlaq baik dan berhati lembut, tanpa minta disegani pun orang akan menghormatinya.
Zainab menginginkan seseorang yang berakhlaq baik ayah...yang mencintai Zainab karena Allah, buka karena kedudukan atau harta karena Zaenab bukan keturunan raja atau sultan. Zaenab adalah putri ayah, yang telah ayah didik secara religius...Zainab bangga jadi putri ayah.

Ayah : (diusapnya kepala Zainab tanda sayang)
Zainab : Ayah...bolehkah seorang perempuan menanyakan mahar kepada calon mempelai pria?
Ayah : Baiknya itu sesua dengan yang ia mampu nak...mahar apakah yang kau harapkan nak, nominal yang tinggi kah, harta yang melimpah kah?
Zainab : bukan ayah, bukan itu...
Ayah : lalu apa nak?
Zainab ingin mahar yang lain dari pada yang lain, tidak berupa nominal atau pun bentuk keduniaan yang lain.
Ayah : Apa itu nak?
Zainab : Zainab ingin sesuatu yang spesial ayah...Zainab ingin maharnya berupa ayat suci Al-Qur'an. Mempelai pria membacakan ayat suci Al-Qur'an untuk Zainab...dengan makhroj yang fasih...masyaAllah indahnya... Lalu setelah Zainab sah menjadi istrinya, ia ajarkan isi dan kandungan ayat tersebut kepada Zainab.
Itulah yang ada dalam angan Zainab ayah...
Ayah : MasyaAllah
Zainab : Surat apakah yang bagus ayah?
Ayah : (tertegun mendengar penuturan putrinya)
Zainab : Hmmm...ayah...surat Ar-Rahman...
Ya Zainab ingin dibacakan surat Ar-Rahman sebagai mahar dalam akad nikah Zainab nanti.
Ayah : (tersenyum bahagia akan penuturan putrinya itu)
Zainab : Do'akan Zainab ayah, semoga Allah pertemukan Zainab dengan cinta sejati Zainab yang tulus ikhlas karena Allah.
Ayah : Amiin...ayah bangga padamu nak...putri ayah memang cantik, semoga hatimu pun cantik nak...(sambil mengusap kepala Zainab tanda sayang, bangga serta haru akan segala penuturan putrinya itu)
Zainab : (tersenyum)...hari sudah semakin senja ayah...ayo kita pulang...
(keduanya beranjak lalu meninggalkan tempat itu)


*****


# Thaif, 4 Syawal 1430 H
Dalam renungan @ inaya almurakazah, disela-sela tugas ketika suasana tidak begitu menyibukkan.